Kamis, 19 Juni 2025

Terbit : Ming, 15 Juni 2025

Idul Adha, yang juga disebut Hari Raya Qurban, memiliki akar sejarah yang sangat mendalam dan terkait erat dengan kisah Nabi Ibrahim AS

Oleh : ath-thoyyibah Ibadah / Sejarah Islam / Sejarah Nabi
Idul Adha, yang juga disebut Hari Raya Qurban, memiliki akar sejarah yang sangat mendalam dan terkait erat dengan kisah Nabi Ibrahim AS

Idul Adha, yang juga disebut Hari Raya Qurban, memiliki akar sejarah yang sangat mendalam dan terkait erat dengan kisah Nabi Ibrahim AS, sosok yang dihormati dalam tradisi Islam, Yahudi, dan Kristen. Secara etimologis, “qurban” berasal dari bahasa Arab – qurban (قُرْبَان) – yang berarti mendekatkan diri kepada Allah. Pengorbanan hewan yang dilakukan pada hari ini melambangkan ketaatan dan kesediaan berkorban demi ridha Tuhan.

Menurut sumber-sumber Islam, kisah asal muasal Idul Adha bermula ketika Nabi Ibrahim AS mendapatkan ujian terberat dari Allah SWT. Ia diperintahkan untuk menyembelih putranya, Ismail AS, sebagai bentuk ketaatan total kepada Sang Pencipta. Meskipun merasa begitu berat, Ibrahim AS berniat melaksanakan perintah tersebut. Ketika hendak melaksanakan penyembelihan, Allah SWT menggantikan Ismail dengan seekor domba besar yang dikirim dari surga. Peristiwa inilah yang kemudian diabadikan umat Islam dengan menyembelih hewan qurban setiap 10 Dzulhijjah di bulan haji.

Dalam Al-Qur’an, kisah ini tercantum pada Surat As‑Shaffat (37:100–111), yang menjelaskan tekad Ibrahim untuk menaati perintah dan bagaimana Allah mengganti Ismail dengan sembelihan terbaik (domba). Ayat-ayat ini menegaskan nilai keimanan, keikhlasan, dan ketawakalan kepada Allah SWT, serta menjadi pelajaran abadi bagi umat Muslim di seluruh dunia.

Praktik kurban sebenarnya sudah dikenal masyarakat Arab pra-Islam, yang juga mempersembahkan hewan kepada berhala-berhala dalam ritual tahunan untuk memperoleh berkah. Namun, kedatangan Islam memurnikan dan mendewakan konsep qurban tersebut dengan menempatkan Allah SWT sebagai satu-satunya yang pantas menerima pengorbanan. Nabi Muhammad SAW kemudian menetapkan tata cara ibadah qurban berdasarkan sunnah beliau. Pada tahun kedua Hijrah, beliau menyembelih hewan qurban sapi betina dan kambing betina di Madinah, menegaskan pentingnya syariat qurban sebagai sunah muakkadah (sangat dianjurkan).

Hari Raya Idul Adha selalu bersamaan dengan puncak ibadah haji di Mekah, yakni wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Umat haji yang sudah berada di padang Arafah menjalankan wukuf sebagai inti dari rukun haji, lalu pada tanggal 10 Dzulhijjah melaksanakan tawaf ifadah dan menyembelih hewan qurban. Hal ini mengokohkan ikatan spiritual antara haji dan kurban, di mana keduanya merefleksikan totalitas penyerahan diri kepada Allah SWT.

Seiring waktu, praktik qurban meluas ke seluruh penjuru dunia Islam. Hewan-qurban yang disembelih dibagi menjadi tiga bagian: sepertiga untuk keluarga, sepertiga untuk kerabat dan tetangga, serta sepertiga untuk fakir miskin. Pembagian ini menegaskan nilai solidaritas sosial dan kepedulian terhadap sesama. Dalam konteks modern, penyelenggaraan qurban juga diorganisasi melalui lembaga zakat dan infaq untuk memastikan distribusi daging yang adil dan efisien.

Secara kultural, Idul Adha juga menjadi momen berkumpul keluarga dan masyarakat. Selain pelaksanaan salat Idul Adha di masjid atau lapangan, umat Islam saling berkunjung, bertukar ucapan “Taqabbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amal kami dan amalmu), serta saling memaafkan. Lambang domba, sapi, dan kambing menjadi ikon hari raya ini, sekaligus pengingat akan keteladanan Nabi Ibrahim AS dan nilai-nilai pengorbanan, ketawakalannya kepada Allah SWT.

Dengan memahami sejarah dan makna asal muasalnya, perayaan Idul Adha tidak sekadar ritual formal, melainkan manifestasi keimanan, kepedulian sosial, dan semangat berkorban demi kebaikan bersama. Semoga setiap qurban yang dilaksanakan menjadi wujud kedekatan hamba kepada Sang Khaliq dan penguat rasa persaudaraan umat Islam.

Dari berbagai sumber

Tulis Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Musholla Ath-Thoyyibah
Jl Donggala No 3 Komplek Kantor KSOP Kelas II Cirebon
Luas Area75 m2
Luas Bangunan44 m2
Status LokasiHPL
Tahun Berdiri1995
  • Setiap hari Selasa diadakan kajian rutin mulai dari pukul 12.00 s.d. pukul 13.00 (bada dzuhur) terbuka untuk umum. | Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah 2025 Masehi semoga para jemaah yang melaksanakan ibadah Haji mejadi Haji yang mabrur